CERMIN KEHIDUPAN BANGSA
Potret jalan raya, mulai
dari kampung, desa, kota kecil sampai dengan metropolitan menuturkan berbagai
macam penggalan cerita. Di sana bertebaran peminta-minta—orang tua, ibu-ibu,
bahkan anak-anak—yang menggantungkan hidupnya dari belas kasih pengguna jalan.
Berjajar pula seniman jalanan yang mengharap ceceran uang recehan dan tak segan
menjahili kendaraan yang lewat jika dianggap pelit. Loper koran bergerak gesit
di sela antrian kendaraan demi kelangsungan hidupnya. Pengguna sepeda pancal
mengayuh terseok-seok dengan mimik geram gara-gara pengemudi mobil terus
merangsek tak mau mengalah. Ada pula pengguna sepeda motor yang arogan, asal
serobot, dan rentan membuat kecelakaan. Di sudut berbeda, para sopir
truk, bus dan sopir angkot mengemudi ugal-ugalan karena berlomba mengejar
setoran. Sementara kaum borjuis, komunitas konglomerat dan para pejabat tinggi
duduk angkuh dalam mobil mewah, menyibak jalan dengan raungan sirine mobil
patroli polisi, seakan berujar, “Minggirlah kaum proletar, pemilik jalan sedang
lewat.”
Belajar dari dinamika
kehidupan jalan raya memunculkan kepedihan yang mendalam: Negeri ini sedang
sakit, tapi tak kunjung ditemukan obatnya. Ibu pertiwi sedang meradang diterpa
badai keangkara-murkaan, tapi anak-anak bangsa mengabaikannya tersungkur tak
berdaya. Mereka terus berebut kue kekuasaan sambil sikut kanan, jotos kiri,
menumpahkan darah saudaranya juga tidak masalah asal dapat menikmati singgasana
kekuasaan nan menggiurkan.
Sepatutnya
kita semua berkontemplasi sembari melakukan refleksi, karena sepertinya bangsa
ini tengah berada dalam masa transisi reformasi dengan arogansi para
penghuninya yang kedap terhadap kemajuan bangsanya. Jika dibiarkan terus
berlangsung, maka jurang kehancuran akan terbuka lebar di sudut sejarah, siap
menenggelamkan seluruh peradaban negeri ini.
Menumbuhkan
kepedulian untuk mengatasi persoalan yang membelit bangsa ini dimulai dari diri
sendiri, keluarga, lingkungan, desa, kota selanjutnya bergerak ke seluruh
pelosok negeri, mengkristal menjadi gerakan pemulihan nilai luhur kemanusiaan
dan nilai mulia kemasyarakatan.